TERPOPULER

Selamat Datang di Blog Ilmu Geografi ini, dalam blog ini saya menyediakan berbagai macam informasi seputar Ilmu Geografi fisik, dengan Blog saya berharap agar pengunjung dapat memperoleh informasi yang di cari, demikian semoga bermanfaat.

Kamis, 21 Maret 2013

Salinitas

Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Kandungan garam pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam sebenarnya pada air ini, secara definisi, kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai 5%. Lebih dari 5%, ia disebut brine.

Air laut secara alami merupakan air saline dengan kandungan garam sekitar 3,5%. Beberapa danau garam di daratan dan beberapa lautan memiliki kadar garam lebih tinggi dari air laut umumnya. Sebagai contoh, Laut Mati memiliki kadar garam sekitar 30%.

Secara ideal, salinitas merupakan jumlah dari seluruh garam-garaman dalam gram pada setiap kilogram air laut. Secara praktis, adalah susah untuk mengukur salinitas di laut, oleh karena itu penentuan harga salinitas dilakukan dengan meninjau komponen yang terpenting saja yaitu klorida (Cl). Kandungan klorida ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah dalam gram ion klorida pada satu kilogram air laut jika semua halogen digantikan oleh klorida. Penetapan ini mencerminkan proses kimiawi titrasi untuk menentukan kandungan klorida. 

Istilah teknik lain untuk keasinan lautan adalah halinitas, dengan didasarkan bahwa halida-halida—terutama klorida—adalah anion yang paling banyak dari elemen-elemen terlarut. Dalam oseanografi, halinitas biasa dinyatakan bukan dalam persen tetapi dalam “bagian perseribu” (parts per thousand , ppt) atau permil (‰), kira-kira sama dengan jumlah gram garam untuk setiap liter larutan. Sebelum tahun 1978, salinitas atau halinitas dinyatakan sebagai ‰ dengan didasarkan pada rasio konduktivitas elektrik sampel terhadap "Copenhagen water", air laut buatan yang digunakan sebagai standar air laut dunia Pada 1978, oseanografer meredifinisikan salinitas dalam Practical Salinity Units (psu, Unit Salinitas Praktis): rasio konduktivitas sampel air laut terhadap larutan KCL standar. Rasio tidak memiliki unit, sehingga tidak bisa dinyatakan bahwa 35 psu sama dengan 35 gram garam per liter larutan.

1 komentar:

Densitas

Densitas merupakan salah satu parameter terpenting dalam mempelajari dinamika laut, serta dipengaruhi juga oleh salinitas, temperatur, dan tekanan. Densitas air laut merupakan jumlah massa air laut per satu satuan volume. Pada umumnya nilai densitas (berkisar antara 1,02 – 1,07 gr/cm3) akan bertambah sesuai dengan bertambahnya salinitas dan tekanan serta berkurangnya temperatur. Lambang yang digunakan untuk menyatakan densitas adalah ρ (rho).

Densitas air laut bergantung pada Temperatur (T), Salinitas (S) dan Tekanan (p). Kebergantungan ini dikenal sebagai persamaan keadaan air laut (Equation of State of Sea Water):

ρ = ρ(T,S,p)

Penentuan dasar pertama dalam membuat persamaan di atas dilakukan oleh Knudsen dan Ekman pada tahun 1902. Pada persamaan mereka, ρ dinyatakan dalam g cm-3. Penentuan dasar yang baru didasarkan pada data tekanan dan salinitas dengan kisaran yang lebih besar, menghasilkan persamaan densitas baru yang dikenal sebagai Persamaan Keadaan Internasional (The International Equation of State, 1980). Persamaan ini menggunakan temperatur dalam oC, salinitas dari Skala Salinitas Praktis dan tekanan dalam dbar (1 dbar = 10.000 pascal = 10.000 N m-2). Densitas dalam persamaan ini dinyatakan dalam kg m-3. Jadi, densitas dengan harga 1,025 g cm-3 dalam rumusan yang lama sama dengan densitas dengan harga 1025 kg m-3 dalam Persamaan Keadaan Internasional.

Densitas bertambah dengan bertambahnya salinitas dan berkurangnya temperatur, kecuali pada temperatur di bawah densitas maksimum. Densitas air laut terletak pada kisaran 1025 kg m-3 sedangkan pada air tawar 1000 kg m-3. Para oseanografer biasanya menggunakan lambang σt (huruf Yunani sigma dengan subskrip t, dan dibaca sigma-t) untuk menyatakan densitas air laut. dimana σt = ρ - 1000 dan biasanya tidak menggunakan satuan (seharusnya menggunakan satuan yang sama dengan ρ). Densitas rata-rata air laut adalah σt = 25. Aturan praktis yang dapat kita gunakan untuk menentukan perubahan densitas adalah: σt berubah dengan nilai yang sama jika T berubah 1oC, S 0,1, dan p yang sebanding dengan perubahan kedalaman 50 m.

Perlu diperhatikan bahwa densitas maksimum terjadi di atas titik beku untuk salinitas di bawah 24,7 dan di bawah titik beku untuk salinitas di atas 24,7. Hal ini mengakibatkan adanya konveksi panas.

    S < 24.7 : air menjadi dingin hingga dicapai densitas maksimum, kemudian jika air permukaan menjadi lebih ringan (ketika densitas maksimum telah terlewati) pendinginan terjadi hanya pada lapisan campuran akibat angin (wind mixed layer) saja, dimana akhirnya terjadi pembekuan. Di bagian kolam (basin) yang lebih dalam akan dipenuhi oleh air dengan densitas maksimum.
    S > 24.7 : konveksi selalu terjadi di keseluruhan badan air. Pendinginan diperlambat akibat adanya sejumlah besar energi panas (heat) yang tersimpan di dalam badan air. Hal ini terjadi karena air mencapai titik bekunya sebelum densitas maksimum tercapai.

Seperti halnya pada temperatur, pada densitas juga dikenal parameter densitas potensial yang didefinisikan sebagai densitas parsel air laut yang dibawa secara adiabatis ke level tekanan.

Perubahan densitas dapat disebabkan oleh proses-proses :
  • Evaporasi di permukaan laut
  • Massa air pada kedalaman < 100 m sangat dipengaruhi oleh angin dan gelombang, sehingga besarnya densitas relatif homogen
  • Di bawah lapisan ini terjadi perubahan temperatur yang cukup besar (Thermocline) dan juga salinitas (Halocline),  sehingga menghasilkan pola perubahan densitas yang cukup besar (Pynocline)
  • Di bawah Pynocline hingga ke dasar laut mempunyai densitas yang le
    bih padat
Stabilitas air laut dipengaruhi oleh perbedaan densitasnya, yang disebut dengan Sirkulasi Densitas atau Thermohaline. Dalam kegiatan pemeruman (pengukuran kedalaman dengan alat Echosounder), salinitas dan temperatur yang diperoleh dari pengukuran pada interval kedalaman tertentu sangat berguna untuk menentukan :
  • Cepat rambat gelombang akustik
  • Menentukan pembelokan arah perambatan gelombang akustik (refraksi)

0 komentar:

Laporan Geografi

0 komentar:

Makalah Geografi

0 komentar:

Gambar Logo


1 komentar:

Sabtu, 16 Maret 2013

Laporan Penginderaan Jauh Nilai Pantulan Spektral Obyek Pada Data Fto Udara Dan Citra Satelit


PENGENALAN DATA NILAI PANTULAN SPEKTRAL OBJEK
PADA DATA FOTO UDARA DAN CITRA SATELIT

I. LATAR BELAKANG
Teknologi penginderaan jauh merupakan teknologi yang mempunyai dapat mengikuti perkembangan kebutuhan masyarakat. Kemampuan penyediaan data dan informasi kebumian yang bersifat dinamik bermanfaat dalam pembangunan di era Otonomi Daerah. Data dan informasi mutakhir sangat diperlukan. Ketersediaan data dan informasi yang diimbangi dengan pengolahan data menjadi informasi wilayah dapat dilakukan dengan sistem informasi geografis (SIG).
Data-data penggunaan lahan juga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lain misalnya untuk pembangunan, untuk mengetahui seberapa besar perubahan penggunaan lahan di suatu wilayah, juga dapat digunakan untuk keperluan perencanaan wilayah apakah lahan tersebut sesuai atau tidak.
Analisis penggunaan lahan yang menggunakan nilai spectral pada sebuah citra dilakukan untuk mengetahui bentuk-bentuk penguasaan, penggunaan, dan kesesuaian pemanfaatan lahan untuk kegiatan budidaya dan lindung. Selain itu, dengan analisis ini dapat untuk melatih mahasiswa untuk menganalisis data pada citra satelit ETM+.

II. TUJUAN
1.       Mahasiswa dapat menginterpretasi objek berdasarkan pola spectral pada foto udara dan citra satelit.
Mahasiswa dapat mengoperasionalkan progam ENVI 4,5  untuk mengetahui pola spectral secara digital.

Download Selengkapya Di sini 

1 komentar:

Makalah Iklim Sebagai Faktor pembentuk Tanah


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

            Tanah merupakan bagian dari material bumi. Faktor pembentuk tanah adalah bahan induk, topografi, iklim, organisme, dan waktu. Iklim merupakan factor yang sangat penting dalam proses pembentukan tanah. Terdapat dua unsur iklim terpenting yang mempengaruhi pembentukan tanah yaitu CH dan suhu yang berpengaruh besar pada kecepatan proses kimia dan fisik yang merupakan proses yang berpengaruh pada perkembangan profil.
            Dalam faktor pembentukan tanah dibedakan menjadi dua golongan yaitu, faktor pembentukan tanah secara pasif dan aktif. Faktor pembentukan tanah secara pasif adalah bagian-bagian yang menjadi sumber massa dan keadaan yang mempengaruhi massa yang meliputi bahan induk, tofografi dan waktu atau umur. Sedangkan faktor pembentukan tanah secara aktif ialah faktor yang menghasilkan energi yang bekerja pada massa tanah, yaitu iklim, (hidrofer dan atmosfer) dan makhkluk hidup (biosfer). Adapun pembentukan tanah di pengaruhi oleh lima faktor yang bekerjasama dalam berbagai proses, baik reaksi fisik (disintregrasi) maupun kimia (dekomposisi). Semula dianggap sebagai faktor pembentukan tanah hanyalah bahan induk, iklim, dan makhluk hidup. Setelah diketahui bahwa tanah berkembang terus, maka faktornya ditambah dengan waktu. Tofografi (relief) yang mempengaruhi tata air dalam tanah dan erosi tanah juga merupakan faktor pembentukan tanah.
Iklim mempunyai peranan yang besar terhadap pembentukan tanah, terutama sekali variasi antara suhu tanah dan suhu atmosfir. Atmosfer memancarkan cahaya panas melalui udara kering yang bersih tetapi menyerap sebagian besar radiasi gelombang pendek. Sebagian radiasi yang mencapai permukaan bumi kemudian diubah menjadi panas, sedangkan sebagian yang lainnya dipantulkan kembali. Energy panas inilah yang menyebabkan suhu memainkan peranan penting terhadap kecepatan reaksi dalam tanah meningkat 2-3 kali lipat. Iklim juga mempunyai pengaruh yang nyata terhadap kedalaman tanah dan tekstur tanah. Pengaruh bersama dari curah hujan besar dan suhu tinggi, seperti yang terjadi didaerah tropis menghasilkan suatu keadaan optimum bagi pembentukan tanah. Oleh karena itu pada makalah ini kelompok kami menenkankan pada iklim sebagai faktor pembentuk tanah.


1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud iklim?
1.2.2 Apa saja komponen iklim?
1.2.3 Bagaimana pengaruh iklim terhadap pembentukan tanah?
1.2.4 Bagaimana dampak perubahan iklim pada pembentukan tanah?


Download Selengkapnya Di sini 

0 komentar:

Makalah Pengaruh Massa Udara Terhadap Cuaca Dan Iklim Di Dunia


BAB I
PENDAHULUAN


I.1 LATAR BELAKANG

            Metolorogi dan klimatologi merupakan ilmu tentang atmosfer di muka bumi. Meteorologi erat kaitannya dengan klimatologi yaitu ilmu yang mempelajari iklim. Iklim adalah jalannya keadaan cuaca atau keseluruhan keadaan dari gejala cuaca dari daerah tertentu sepanjang tahun atau keteraturan . unsur atau pengendali cuaca dan iklim diantaranya masa udara, angin, curah hujan, tekanan udara, arus laut, badai dan sebagainya.
Massa udara merupakan bagian atmosfir yang tebalnya mencapai ribuan meter dari permukaan tanah dan meluas sampai ribuan meter persegi. Suhu dan kelembabannya serba sama dalam arah mendatar. Udara yang menetap untuk waktu yang cukup lama di atas permukaan bumi, sifatnya cenderung menjadi ciri khas permukaan bumi itu, dimana permukaan bumi itu berbeda. Jika sifat permukaan tersebut kurang lebih sama untuk daerah yang luas, seperti bentangan samaudera yang luas atau bentangan daratan yang luas, maka sifat udara di atas permukaan yang luas dan hampir seragam itu menjadi hampir seragam pula dalam bidang horizontal. Udara yang mempunyai sifata hampir seragam untuk daerah yang luas itu disebut massa udara. Sifat-sifat udara yang dimaksudkan itu terutama suhu dan kelembapan.
            Karakteristik cuaca dalam massa udara bergantung pada dua sifat dasar, yaitu sebaran suhu kearah tegak dan kadar airnya. Sebaran suhu kearah tegak menyatakan kemantapan massa udara. Karena kemantapan erat kaitannya dengan gerak vertikal didalam massa udara, maka sebaran uap air kearah atas, bentuk kondensasi, dan jumlah curah hujan, semuanya ditentukn oleh sebaran suhu kearah tegak.


I.2 RUMUSAN MASALAH
A. Apa pengertian massa udara?
B. Bagaimana mengidentifikasi massa udara?
C. Bagaimana penggolongan massa udara?
D. Apa pengertian front dan sifat-sifat dari front tersebut?
E. Bagaimana perubahan massa udara terjadi di permukaan bumi?

Download Selengkapnya Di Sini

0 komentar:

Makalah Topografi Sebagai Faktor Pembentuk Tanah


BAB I
PENDAHULUAN

1.  Latar Belakang
            Pada mulanya tanah, tanah dipandang sebagai lapisan permukaan bumi (natural body) yang berasal dari bebatuan (natural material) yang telah mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam (natural force), sehingga membentuk regolit (lapisan berpartikel halus.. Tanah dapat dijumpai hamper di semua tempat karena sebarannya yang begitu luas. Keberadaan tanah sangat penting bagi makhluk hidup karena tanah adalah tempat berpijaknya kaki, tempat tumbuhnya tanaman atau tempat berdirinya suatu bangunan.
Tanah merupakan lapisan paling luar kulit bumi yang biasanya bersifat tak padu mempunyai sifat tebal mulai dari sifat selaput tipis sampai lebih dari 3 meter, yang berbeda dari bahan di bawahnya dalam hal warna, sifat fisik, sifat kimia, sifat biologi (Marbut, 1914). Tanah dianggap sebagai hasil pelapukan oleh waktu yang menggerigiti batuan keras dan lambat laun mengadakan dekomposisi (Fallou, 1855). Tetapi pengertian tanah harus dihubungkan dengan zone-zone geografi karena pelapukan hamparan batuan menghasilkan hancuran yang tak konsolidasi yang bertindak sebagai bahan induk untuk evolusi tanah yang akhirnya mencerminkan efek terpadu dari iklim, makhluk hidup, topografi, dan waktu.
Tanah yang tersebar di permukaan bumi memiliki sifat dan karakterisrik yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena adanya factor-faktor geografis saat pembentukan tanah. Faktor-faktor pembentuk tanah tersebut antara lain adalah bahan induk, topografi, iklim, organisme, dan waktu. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan membahas tentang pengaruh topografi terhadap proses pembentukan tanah.

2. Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan topografi?
2.    Apa macam-macam topografi?
3.    Bagaimana pengaruh topografi terhadap proses pembentukan lahan?
Bagaimana jenis tanah yang terbentuk berdasarkan topografi?

Download Selengkapnya Di Sini 

0 komentar: