PENGUKURAN EROSIVITAS MENGGUNAKAN METODE HUDSON DAN LAL
Acara II
PENGUKURAN EROSIVITAS
MENGGUNAKAN METODE HUDSON DAN LAL
I.
Latar Belakang
Erosivitas
merupakan kemampuan hujan menimbulkan erosi. Tingkat erosi ini digambarkan
dalam bentuk indeks erosivitas hujan. Indeks erosivitas hujan merupakan besaran
tanpa satuan yang menggambarkan kemampuan hujan menimbulkan erosi. Jika semakin
besar nilai indeks erosivitas, maka semakin besar pula hujan menimbulkan erosi.
Pengukuran
indeks erosivitas dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode,
diantaranya adalah metode Bols yang sudah di bahas pada pertemuan yang
sebelumnya, metode LAL dan metode Hudson. Dalam praktikum ini dilakukan
pengukuran erosivitas hujan dengan menggunakan dua metode yaitu metode Hudson
dan LAL. Hasil yang didapat akan dibandingkan seberapa besarnya.
II.
Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan yang inggin di capai adalah:
1. Mahsiswa megetahui tentang erosivitas
2. Mahsiswa megetahui indeks erosivitas
3. Mahsiswa megetahui tentang indeks erosivitas menggunkan metode Hudson
dan LAL.
III.
Dasar Teori
Erosi
tanah merupakan suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah
yang disebabkan oleh agensia erosi.Di daerah tropika, agensia erosi yang utama
adalah air hujan. Air hujan mempunyai dua bentuk energi yaitu energi potensial
(Ep) dan energi kinetik (Ek). Energi potensial air hujan berkaitan dengan letak
air hujan dari permukaan bumi, yang besarnya sama dengan massa air hujan (m)
dilakikan dengan jarak tinggi tempat (h) dan percepatan gravitasi bumi (g).
Menurut
Hudson (1973, dalam profitgoonline) erosi secara prinsip merupakan proses
penghalusan atau pendataran permukaan, dimana tanahdan partikel-partikel batuan
dihancurkan, dihaluskan, dan disortasi oleh
gaya gravitasi. Agensia utama erosi adalah air dan angin. Air merupakan
agensia erosi yang paling utama di daerah tropis terutama di daerah tropika
basah, seperti Indonesia. Angin merupakan agensia erosi di daerah-daerah kering
seperti di padang pasir Afrika, Amerika, China dan lain-lain.
Menurut
Gabriel tit Sarief (1985), erosi merupakan fungsi dari
erosivitas hujan dan erodibilitas tanah. Morgan (1980) menyatakan bahwa erosi
tanah disebabkan oleh (1) erosivitas hujan, (2) erodibilitas tanah, (3)
kemiringan tanah, (4) Pengelolaan tanaman dan (5) faktor pengelolaan tanah dan
penutupan tanaman.
1. Faktor erosivitas hujan (R)
Hujan
yang terjadi di alam tidak selalu menimbulkanerosi tanah. Hujan dengan
intensitas yang tinggi namun berlangsung sangat singkat tidak menimbulkan
erosi, akan tetapi hujan dengan intensitas yang rendah dan berlangsung sangat
lama, akan menghasilkan aliran permukaan yang besar dan akan menimbulkan erosi.
Menurut Hudson (1973) kemampuan potensial hujan yang dapat menyebabkan
terjadinya erosi disebut erosivitas
hujan. Lebih lanjut dikatakan bahwa
erosivitas hujan merupakan fungsi dari karakteristik hujan.
Karakteristik
hujan akan mementukan besarnya energiyang dimiliki hujan, terutama energi
kinetik hujan, Karakteristik hujan yang
berpengaruh terhadap beasrnya erosivitas hujan, menurut Hudson (1973) adalah
(a) jumlah curah hujan, (b) intensitas hujan, (c) ukuran butiran hujan, (d)
sebaran atau distribusi ukuran butiran hujan selama hujan berlangsung, dan (e) kecepatan akhir jatuh butir hujan. Dalam
setiap kejadian hujan, kelima sifat hujan ini tidak selalu sama dan bahkan
jarang dijumpai adanya suatu pola yang pasti. Jumlah curah hujan merupakan
parameter hujan yang paling tersedia dalam setiap data stasiun klimatologi. a.
erosivitas hujan (R).
Erosivitas
hujan adalah tenaga pendorong (driving force) yang menyebabkan terkelupas dan
terangkutnya partikel-partikel tanah ke tempat yang lebih rendah (chay asdak,
1995: 455). Erosivitas hujan sebagian terjadi karena pengaruh jatuhan butir
hujan langsung di atas tanah dan sebagian lagi karena aliran air di atas permukaan
tanah.
Factor
erosivitas hujan dengan intensitas hujan maksimal 30 menit (EI 30). Jumlah dari
seluruh hujan dengan spesifikasi tersebut di atas selama satu tahun merupakan
erosivitas hujan tahunan.
Pada
metode usle prakiraan besarnya erosivitas hujan dalam kurun waktu tahunan.
Dalam penelitian ini menggunakan persamaan bols (1978) yang diperoleh dari
penelitian data curah hujan bulanan di 47 stasiun penakaran hujan di pulau jawa
yang dikumpulkan selama 38 tahun.
EI 30 = 6,119 (Rain) 1,21 (Days) -0,47
(Maxp) 0,53
R = curah hujan rata-rata tahunan
(cm)
D = jumlah hari hujan rata-rata
tahunan (hari)
M = curah hujan maksimum rata-rata 24
jam per bulan untuk kurun waktu satu tahun (cm) (chay asdak, 1995: 457).
b. erodibilitas tanah (K)
Factor
erodibilitas tanah menunjukan resisten partikel tanah terhadap pengelupasan dan
transportasi partikel-partikel tanah oleh adanya energi kinetic air hujan.
Meskipun resistensi tersebut di atas akan bergantung pada topografi, kemiringan
lereng dan besarnya gangguan oleh manusia. Besarnya erodibilitas atau
resistensi tanah juga dibentuk oleh karakteristik tanah seperti; tekstur tanah,
stabilitas agregat tanah, kapasitas infiltrasi dan kandungan bahan organic
(chay asdak, 1995: 459).
Untuk
mengetahui besarnya factor erodibilitas (K) dapat juga digunakan table
erodibilitas berdasarkan jenis tanah dan bahan induk penyusunnya yang
ditetapkan oleh pusat penelitian tanah, bogor (chay asdak, 2002: 364). Berikut
ini adalah angka erodibilitas menurut jenis tanah dan bahan induk penyusunnya.
Untuk
mengetahui erodibilitas tanah menggunakan table erodibilitas berdasarkan pada
jenis tanah yang ada di lapangan. Table erodibilitas berdasarkan jenis tanah
sebagai berikut: Table 3. perkiraan besarnya nilai K untuk jenis tanah di daerah
tangkapan air jatiluhur, jawa barat (lembaga ekologi, 1979)
c. kelerengan (Ls)
Factor
indeks topografi L dan S, masing-masing mewakili pengaruh panjang dan
kemiringan lereng terhadap besarnya erosi. Panjang lereng mengacu pada aliran
air permukaan yaitu lokasi berlangsungnya erosi dan kemungkinan terjadinya
deposisi sediment. Dalam praktisnya L dan S dihitung sekaligus berupa factor
Ls.
Tanah
yang mempunyai topografi datar memiliki laju aliran permukaan yang kecil
apabila dibandingkan dengan tanah yang mempunyai topografi yang berombak.
Kecepatan aliran permukaan tanah yang memiliki kemiringan besar seta tidak
tertutup tanah akan semakin cepat dengan daya kikis serta daya penghanyutan
yang besar.
Besarnya
nilai Ls dapat diperoleh dengan menggunakan table dari goldman (lampiran 2).
Besarnya nilai Ls pada table didasarkan pada keadaan panjang dan gradient
kemiringan lereng di lapangan (chay asdak, 2002: 371).
d. pengelolaan tanaman (C)
Factor
C menunjukan keseluruhan pengaruh dengan vegetasi seresah, keadaan permukaan
tanah dan pengelolaan lahan terhadap besarnya tanah yang hilang (erosi). Oleh
karenanya besar angka C tidak selalu sama dalam kurun waktu satu tahun.
Secara
umum factor C dalam persamaan usle untuk menunjukkan keseluruhan pengaruh lahan
terhadap terjadinya erosi. Seperti ditunjukkan pada lampiran 3, menunjukkan
beberapa angka C yang diperoleh dari hasil penelitian pusat penelitian tanah
bogor di beberapa daerah di jawa.
e. pengelolaan dan konservasi tanah
(P)
Pengaruh
aktivitas pengelolaan dan konservasi tanah (P) terhadap besarnya erosi dianggap
berbeda dari pengaruh yang ditimbulkan oleh aktivitas pengelolaan tanaman.
Factor P adalah nisbah antara tanah tererosi rata-rata dari lahan yang mendapat
perlakuan konservasi tanah tertentu terhadap tanah tererosi rata-rata dari
lahan yang diolah tanpa tindakan konservasi. Pada lahan pertanian, besar harga
factor P menunjukkan jenis aktivitas pengolahan lahan.
IV.
Hasil Praktikum
Hasil praktikum Terlampir
V.
Pembahasan
Dari hasil penghitunga dan
perhitungan table curah hujan didapatkan perbedaan hasil untuk indeks
erosivitas yang dihasilkan dari metode Hudson dan LAL. Sedangkan menurut Hudson
energy kinetic dari hujan yang hanya memiliki intensitas yang lebih besar dari
25 mm/jam inilah yang menyebabkan erosi dapat terjadi. Sehingga yang dipakai
untuk menentukan indeks erosivitas hujan hanyalah intensitas diatas 25 mm/jam
saja.
Dari
paparan data di tabel yang menunjukan pengukuran dari Jumlah hari Curah hujan
di Sub DAS Junggo 13 April 2013. Interveal pengukuiran hujan di lakukan dalam
rentang waktu 15 menitan, Pada menit ke 76 Jumlah hujan atau nilai tertinggi di
capai yaitu dengan curah hujan mencapai 40mm, menunjukan bahwa pada waktu ini
merupakan puncak dari hujan dan ,merupakan puncak dari laju erosi. Dan curah
hujan terendah yaitu pada menit pertama yaitu hanya 0,5 yang artinya pada waktu
ini barada pada awal terjadinya hujan.
Hasil
perhitungan indeks erosivitas hujan dari kedua metode ini sangat berbeda. Dari
metode Hudson didapatkan hasil sebesar 39791,76264. sedangkan dari metode LAL
sebesar 1609,28862.
Perbedaan
hasil penggukuran tersebut di karenakan berbedanya unsur yang di perhitungkan,
sehingga hasilnya pun berbeda. perbedaanya memang cukup besar tetapi pada dasarnya sama nilainya, walaupun
berbeda sedikit.
VI.
Kesimpulan
Dari hasil praktikum ini dapat di simpulkan bahwa:
1. Indeks erosivitas adalah
besaran (tanpa satuan) yang menggambarkan kemampuan hujan untuk menimbulkan
erosi.
2. Ada beberapa cara untuk menghitung tingkat
erosivitas hujan diantaranya yaitu : metode Hudson, dan metode LAL.
3. Hasil penghitungan
menggunakan metode Hudson adalah 39791,76264.
4. Hasil penghitungan
menggunakan metode LAL adalah 1609,28862.
VII.
Daftar rujukan
Endra Purnama, Nurina. 2008, Konservasi Situ-Situ Depok Berbasis Warga Catchment Manajemen
Kolaboratif, (Online),
(http://konservasisitudepok.wordpress.com/situ-bojongsari/penelitian-situ-bojongsari/nurina-endra-purnama/),
di akses pada 17 September 2013.
Tanah Juang, Erosi
Tanah, (Online), (http://tanahjuang.wordpress.com/tag/erosivitas/), di
akses pada 17 September 2013.
Anshory, Ahmad. 2011, LAPORAN PRAKTIKUM ILMU KONSERVASI TANAH DAN AIR ACARA : KE 5 MENGHITUNG
INDEKS EROSIVITAS HUJAN, (Online), (http://arekokutimur.blogspot.com/2011/03/v-behaviorurldefaultvml-o.html),
di akses pada 17 September 2013.
Profitgoonline, 2013, Erosi tanah, (Online), (http://www.profitgoonline.com/2013/06/erosi-tanah.html),
di akses pada 17 September 2013.
0 komentar: