TERPOPULER

Selamat Datang di Blog Ilmu Geografi ini, dalam blog ini saya menyediakan berbagai macam informasi seputar Ilmu Geografi fisik, dengan Blog saya berharap agar pengunjung dapat memperoleh informasi yang di cari, demikian semoga bermanfaat.

Kamis, 20 Februari 2014

PENGUKURAN EROSIVITAS MENGGUNAKAN METODE HUDSON DAN LAL

Acara II
PENGUKURAN EROSIVITAS MENGGUNAKAN METODE HUDSON DAN LAL


        I.            Latar Belakang
            Erosivitas merupakan kemampuan hujan menimbulkan erosi. Tingkat erosi ini digambarkan dalam bentuk indeks erosivitas hujan. Indeks erosivitas hujan merupakan besaran tanpa satuan yang menggambarkan kemampuan hujan menimbulkan erosi. Jika semakin besar nilai indeks erosivitas, maka semakin besar pula hujan menimbulkan erosi.
            Pengukuran indeks erosivitas dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, diantaranya adalah metode Bols yang sudah di bahas pada pertemuan yang sebelumnya, metode LAL dan metode Hudson. Dalam praktikum ini dilakukan pengukuran erosivitas hujan dengan menggunakan dua metode yaitu metode Hudson dan LAL. Hasil yang didapat akan dibandingkan seberapa besarnya.

      II.            Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan yang inggin di capai adalah:
1. Mahsiswa megetahui tentang erosivitas
2. Mahsiswa megetahui indeks erosivitas
3. Mahsiswa megetahui tentang indeks erosivitas menggunkan metode Hudson dan LAL.

    III.            Dasar Teori
            Erosi tanah merupakan suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah yang disebabkan oleh agensia erosi.Di daerah tropika, agensia erosi yang utama adalah air hujan. Air hujan mempunyai dua bentuk energi yaitu energi potensial (Ep) dan energi kinetik (Ek). Energi potensial air hujan berkaitan dengan letak air hujan dari permukaan bumi, yang besarnya sama dengan massa air hujan (m) dilakikan dengan jarak tinggi tempat (h) dan percepatan gravitasi bumi (g).
            Menurut Hudson (1973, dalam profitgoonline) erosi secara prinsip merupakan proses penghalusan atau pendataran permukaan, dimana tanahdan partikel-partikel batuan dihancurkan, dihaluskan, dan disortasi oleh  gaya gravitasi. Agensia utama erosi adalah air dan angin. Air merupakan agensia erosi yang paling utama di daerah tropis terutama di daerah tropika basah, seperti Indonesia. Angin merupakan agensia erosi di daerah-daerah kering seperti di padang pasir Afrika, Amerika, China dan lain-lain.
            Menurut Gabriel  tit  Sarief (1985), erosi merupakan fungsi dari erosivitas hujan dan erodibilitas tanah. Morgan (1980) menyatakan bahwa erosi tanah disebabkan oleh (1) erosivitas hujan, (2) erodibilitas tanah, (3) kemiringan tanah, (4) Pengelolaan tanaman dan (5) faktor pengelolaan tanah dan penutupan tanaman.

1. Faktor erosivitas hujan (R)
            Hujan yang terjadi di alam tidak selalu menimbulkanerosi tanah. Hujan dengan intensitas yang tinggi namun berlangsung sangat singkat tidak menimbulkan erosi, akan tetapi hujan dengan intensitas yang rendah dan berlangsung sangat lama, akan menghasilkan aliran permukaan yang besar dan akan menimbulkan erosi. Menurut Hudson (1973) kemampuan potensial hujan yang dapat menyebabkan terjadinya erosi disebut  erosivitas hujan.  Lebih lanjut dikatakan bahwa erosivitas hujan merupakan fungsi dari karakteristik hujan.
            Karakteristik hujan akan mementukan besarnya energiyang dimiliki hujan, terutama energi kinetik hujan, Karakteristik hujan  yang berpengaruh terhadap beasrnya erosivitas hujan, menurut Hudson (1973) adalah (a) jumlah curah hujan, (b) intensitas hujan, (c) ukuran butiran hujan, (d) sebaran atau distribusi ukuran butiran hujan selama hujan berlangsung, dan  (e) kecepatan akhir jatuh butir hujan. Dalam setiap kejadian hujan, kelima sifat hujan ini tidak selalu sama dan bahkan jarang dijumpai adanya suatu pola yang pasti. Jumlah curah hujan merupakan parameter hujan yang paling tersedia dalam setiap data stasiun klimatologi. a. erosivitas hujan (R).
            Erosivitas hujan adalah tenaga pendorong (driving force) yang menyebabkan terkelupas dan terangkutnya partikel-partikel tanah ke tempat yang lebih rendah (chay asdak, 1995: 455). Erosivitas hujan sebagian terjadi karena pengaruh jatuhan butir hujan langsung di atas tanah dan sebagian lagi karena aliran air di atas permukaan tanah.
            Factor erosivitas hujan dengan intensitas hujan maksimal 30 menit (EI 30). Jumlah dari seluruh hujan dengan spesifikasi tersebut di atas selama satu tahun merupakan erosivitas hujan tahunan.
            Pada metode usle prakiraan besarnya erosivitas hujan dalam kurun waktu tahunan. Dalam penelitian ini menggunakan persamaan bols (1978) yang diperoleh dari penelitian data curah hujan bulanan di 47 stasiun penakaran hujan di pulau jawa yang dikumpulkan selama 38 tahun.

EI 30 = 6,119 (Rain) 1,21 (Days) -0,47 (Maxp) 0,53

R = curah hujan rata-rata tahunan (cm)

D = jumlah hari hujan rata-rata tahunan (hari)

M = curah hujan maksimum rata-rata 24 jam per bulan untuk kurun waktu satu tahun (cm) (chay asdak, 1995: 457).

b. erodibilitas tanah (K)
            Factor erodibilitas tanah menunjukan resisten partikel tanah terhadap pengelupasan dan transportasi partikel-partikel tanah oleh adanya energi kinetic air hujan. Meskipun resistensi tersebut di atas akan bergantung pada topografi, kemiringan lereng dan besarnya gangguan oleh manusia. Besarnya erodibilitas atau resistensi tanah juga dibentuk oleh karakteristik tanah seperti; tekstur tanah, stabilitas agregat tanah, kapasitas infiltrasi dan kandungan bahan organic (chay asdak, 1995: 459).
            Untuk mengetahui besarnya factor erodibilitas (K) dapat juga digunakan table erodibilitas berdasarkan jenis tanah dan bahan induk penyusunnya yang ditetapkan oleh pusat penelitian tanah, bogor (chay asdak, 2002: 364). Berikut ini adalah angka erodibilitas menurut jenis tanah dan bahan induk penyusunnya.
            Untuk mengetahui erodibilitas tanah menggunakan table erodibilitas berdasarkan pada jenis tanah yang ada di lapangan. Table erodibilitas berdasarkan jenis tanah sebagai berikut: Table 3. perkiraan besarnya nilai K untuk jenis tanah di daerah tangkapan air jatiluhur, jawa barat (lembaga ekologi, 1979)

c. kelerengan (Ls)
            Factor indeks topografi L dan S, masing-masing mewakili pengaruh panjang dan kemiringan lereng terhadap besarnya erosi. Panjang lereng mengacu pada aliran air permukaan yaitu lokasi berlangsungnya erosi dan kemungkinan terjadinya deposisi sediment. Dalam praktisnya L dan S dihitung sekaligus berupa factor Ls.
            Tanah yang mempunyai topografi datar memiliki laju aliran permukaan yang kecil apabila dibandingkan dengan tanah yang mempunyai topografi yang berombak. Kecepatan aliran permukaan tanah yang memiliki kemiringan besar seta tidak tertutup tanah akan semakin cepat dengan daya kikis serta daya penghanyutan yang besar.
            Besarnya nilai Ls dapat diperoleh dengan menggunakan table dari goldman (lampiran 2). Besarnya nilai Ls pada table didasarkan pada keadaan panjang dan gradient kemiringan lereng di lapangan (chay asdak, 2002: 371).

d. pengelolaan tanaman (C)
            Factor C menunjukan keseluruhan pengaruh dengan vegetasi seresah, keadaan permukaan tanah dan pengelolaan lahan terhadap besarnya tanah yang hilang (erosi). Oleh karenanya besar angka C tidak selalu sama dalam kurun waktu satu tahun.

            Secara umum factor C dalam persamaan usle untuk menunjukkan keseluruhan pengaruh lahan terhadap terjadinya erosi. Seperti ditunjukkan pada lampiran 3, menunjukkan beberapa angka C yang diperoleh dari hasil penelitian pusat penelitian tanah bogor di beberapa daerah di jawa.

e. pengelolaan dan konservasi tanah (P)
            Pengaruh aktivitas pengelolaan dan konservasi tanah (P) terhadap besarnya erosi dianggap berbeda dari pengaruh yang ditimbulkan oleh aktivitas pengelolaan tanaman. Factor P adalah nisbah antara tanah tererosi rata-rata dari lahan yang mendapat perlakuan konservasi tanah tertentu terhadap tanah tererosi rata-rata dari lahan yang diolah tanpa tindakan konservasi. Pada lahan pertanian, besar harga factor P menunjukkan jenis aktivitas pengolahan lahan.

   IV.            Hasil Praktikum
Hasil praktikum Terlampir


     V.            Pembahasan
            Dari hasil penghitunga dan perhitungan table curah hujan didapatkan perbedaan hasil untuk indeks erosivitas yang dihasilkan dari metode Hudson dan LAL. Sedangkan menurut Hudson energy kinetic dari hujan yang hanya memiliki intensitas yang lebih besar dari 25 mm/jam inilah yang menyebabkan erosi dapat terjadi. Sehingga yang dipakai untuk menentukan indeks erosivitas hujan hanyalah intensitas diatas 25 mm/jam saja.
            Dari paparan data di tabel yang menunjukan pengukuran dari Jumlah hari Curah hujan di Sub DAS Junggo 13 April 2013. Interveal pengukuiran hujan di lakukan dalam rentang waktu 15 menitan, Pada menit ke 76 Jumlah hujan atau nilai tertinggi di capai yaitu dengan curah hujan mencapai 40mm, menunjukan bahwa pada waktu ini merupakan puncak dari hujan dan ,merupakan puncak dari laju erosi. Dan curah hujan terendah yaitu pada menit pertama yaitu hanya 0,5 yang artinya pada waktu ini barada pada awal terjadinya hujan.
            Hasil perhitungan indeks erosivitas hujan dari kedua metode ini sangat berbeda. Dari metode Hudson didapatkan hasil sebesar 39791,76264. sedangkan dari metode LAL sebesar 1609,28862.
            Perbedaan hasil penggukuran tersebut di karenakan berbedanya unsur yang di perhitungkan, sehingga hasilnya pun berbeda. perbedaanya memang cukup besar  tetapi pada dasarnya sama nilainya, walaupun berbeda sedikit.

   VI.            Kesimpulan
                        Dari hasil praktikum ini dapat di simpulkan bahwa:
1.      Indeks erosivitas adalah besaran (tanpa satuan) yang menggambarkan kemampuan hujan untuk menimbulkan erosi.
2.       Ada beberapa cara untuk menghitung tingkat erosivitas hujan diantaranya yaitu : metode Hudson, dan metode LAL.
3.      Hasil penghitungan menggunakan metode Hudson adalah 39791,76264.
4.      Hasil penghitungan menggunakan metode LAL adalah 1609,28862.
  VII.            Daftar rujukan
Endra Purnama, Nurina. 2008, Konservasi Situ-Situ Depok Berbasis Warga Catchment Manajemen Kolaboratif, (Online), (http://konservasisitudepok.wordpress.com/situ-bojongsari/penelitian-situ-bojongsari/nurina-endra-purnama/), di akses pada 17 September 2013.
Tanah Juang, Erosi Tanah, (Online), (http://tanahjuang.wordpress.com/tag/erosivitas/), di akses pada 17 September 2013.
Anshory, Ahmad. 2011, LAPORAN PRAKTIKUM ILMU KONSERVASI TANAH DAN AIR ACARA : KE 5 MENGHITUNG INDEKS EROSIVITAS HUJAN, (Online), (http://arekokutimur.blogspot.com/2011/03/v-behaviorurldefaultvml-o.html), di akses pada 17 September 2013.

Profitgoonline, 2013, Erosi tanah, (Online), (http://www.profitgoonline.com/2013/06/erosi-tanah.html), di akses pada 17 September 2013.

0 komentar: