TERPOPULER

Selamat Datang di Blog Ilmu Geografi ini, dalam blog ini saya menyediakan berbagai macam informasi seputar Ilmu Geografi fisik, dengan Blog saya berharap agar pengunjung dapat memperoleh informasi yang di cari, demikian semoga bermanfaat.

Kamis, 20 Februari 2014

Laporan Erosivitas

Acara 1
EROSIVITAS


        I.            Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan yang inggin di capai adalah:
1. Mahsiswa megetahui tentang erosivitas
2. Mahsiswa megetahui indeks erosivitas
3. Mahsiswa megetahui tentang indeks erosivitas menggunkan rumus bols

      II.            Dasar Teori
            Faktor penyebab erosi dinyatakan dalam erosivitas yang merupakan akibat dari hujan yang dipengaruhi oleh adanya vegetasi dan kemiringan serta faktor tanah dinyatakan dalam erodibilitas yang juga dipengaruhi oleh adanya vegetasi. Erosi juga ditentukan oleh sifat hujan, sifat tanah, derajat dan panjang lereng, adanya penutup tanah berupa vegetasi dan aktifitas manusia dalam hubungannya dengan pemakaian dan pengelolaan tanah. Erosivitas merupakan sifat yang menentukan energi (R), faktor yang mempengaruhi besarnya energi (kemiringan S, panjang lereng L) dan erodibilitas merupakan sifat tanah K, serta faktor yang memodifikasi yaitu tanaman (C) dan pengelolaan tanah (P). Topografi atau rupa muka tanah menentukan kecepatan aliran permukaan yang membawa partikel -partikel tanah. Peranan vegetasi penutup adalah melindungi tanah dari pukulan langsung air hujan dan memperbaiki struktur tanah melalui penyebaran akar-akanrnya. Faktor kegiatan manusia memegang peranan penting terutama dalam usaha pencegahan erosi karena manusia dapat memperlakukan faktor-faktor penyebab erosi lainnya kecuali faktor iklim.
            Menurut Sarief (1986, dalam Dwi Desifindiana, Melisa dkk, 2013) macam-macam erosi adalah sebagai berikut :
1. Erosi percikan (Splash erosion).
2. Puddle erosion.
3. Sheet erosion.
4. Erosi alur (Riil erosion).
5. Erosi parit/selokan (Gully erosion).
6. Erosi tebing sungai (streambank erosion).

II.1 Faktor-Faktor Erosivitas
II.1.1 Iklim
            Faktor iklim yang besar pengaruhnya terhadap erosi adalah hujan dan temperatur. Hujan melalui tenaga kinetiknya dapat melepaskan butiran-butiran partikel tanah dan sebagian melalui kontribusinya terhadap aliran permukaan. Karakteristik hujan yang mempengaruhi erosi tanah yaitu jumlah atau kedalaman hujan, intensitas dan lamanya hujan.

II.1.2 Tanah
            Secara fisik tanah terdiri dari partikel mineral dan organik dengan berbagai ukuran. Partikel-partikel tanah tersusun dalam bentuk matriks yang pori-porinya kurang lebih 50 %, sebagian lagi terisi oleh air dan sebagian terisi oleh udara. Sifat fisik tanah yang berpengaruh meliputi; tekstur tanah, struktur tanah, permeabilitas dan kandungan bahan organik.

II.1.3 Relief lahan
            Derajat kemiringan dan panjang lereng mempengaruhi besarnya erosi. Makin curam dan makin panjang lereng, maka semakin besar pula kecepatan aliran air permukaan dan bahaya erosi. Pada tanah yang datar (landai) kecepatan aliran lebih kecil dibandingkan dengan tanah yang miring karena; (1) pada topografi miring memperbesar erosi, (2) pada topografi datar kebanyakan air hujan meresap ke dalam tanah.

II.1.4 Topografi
            Secara umum erosi akan meningkat dengan meningkatnya kemiringan dan panjang lereng. Pada lahan datar, percikan butir air hujan melemparkan partikel tanah ke udara ke segala arah.

II.2 USLE
II.2.1 Erosivitas Hujan (R)
            Indeks erosivitas hujan adalah daya erosi hujan pada s uatu tempat dengan satuan MJ/Ha/jam/tahun. Data hujan yang dikumpulkan meliputi data banyak hujan, jumlah hari hujan dan hujan maksimum rata-rata per bulan selama 10 tahun.

II.2.2 Erodibilitas Tanah (K)
            Nilai erodibilitas tanah menggambarkan kepekaan jenis tanah terhadap erosi yang dipengaruhi oleh tenaga kinettis hujan dan limpasan permukaan tanah.

II.2.3 Panjang Lereng dan Kemiringan Lereng (LS)
            Panjang dan kemiringan lereng merupakan sumber terjadinya kesalahan terbesar dalam penerapan rumus USLE. Panjang lereng adalah batas atas lapangan ke titik dimana aliran air terkonsentrasi pada saluran di lapangan, jurang atau sungai atau titik dimana mulai terjadi disposisi.



II.2.4 Indeks Pengelolaan Tanaman dan Konservasi Tanah (CP)
            Indeks pengelolaan tanaman (C) dapat diartikan sebagai rasio tanah yang tererosi pada
suatu jenis pengolahan tanaman pada sebidang lahan terhadap tanah yang tererosi pada lahan yang sama tanpa ada tanaman. Nilai C untuk suatu jenis pengolahan tanaman dengan tergantung dari jenis, kerapatan, panen dan rotasi tanaman.
Indeks pengolahan lahan (P) adalah rasio tanah yang tererosi pada suatu jenis pengolahan lahan terhadap tanah yang tererosi pada lahan yang sama tanpa p engolahan lahan atau konservasi apapun. Nilai P sangat dipengaruhi oleh campur tangan manusia terhadap lahan yang bersangkutan seperti misalnya teras, rorak, pengolahan tanah dan sebagainya.

II.2.5 Keterbatasan dan Modifikasi USLE
            Persamaan A = R x K x L x S x C x P, menampilkan lima faktor yang dianggap memainkan peranan penting untuk terjadinya erosi. Faktor-faktor R dan K umumnya diasumsikan tidak berubah untuk tempat-tempat dengan intensitas curah hujan tahunan dan jenis tanah yang kurang lebih sama. Sementara faktor-faktor L, S, C dan P akan memberikan angka berbeda sesuai kemiringan lereng, tingkat konservasi, dan tata guna lahan yang diusahakan. Rumus USLE dikembangkan di daerah pertanian Amerika Utara dan dalam memanfaatkan rumus tersebut ada beberapa ket erbatasan yang harus diketahui, sehingga dapat diperoleh hasil prakiraan erosi yang memadai.


II.3 Analisa Tingkat Bahaya Erosi – Desifindiana dkk
II.3.1 Pendugaan Laju Erosi Berdasarkan Metode MUSLE
            Model USLE dan RUSLE perkiraan rata-rata tahunan erosi sebagai fungsi energi curah hujan. Dalam MUSLE, faktor energi curah hujan diganti dengan limpasan. Hal ini meningkatkan prediksi hasil sedimen, menghilangkan kebutuhan untuk rasio pengiriman, dan memungkinkan persamaan untuk diterapkan pada peristiwa badai individu. Sedimen hasil prediksi ditingkatkan karena limpasan merupakan fungsi dari yang kondisi kelembaban serta energi curah hujan (Williams dan Berndt, 1977; Kinnell, 2005 dalam Dwi Desifindiana, Melisa dkk 2013), namun penerapan MUSLE pada skala DAS adalah data yang canggih yang pengolahannya sesuai prosedur dan membutuhkan pengetahuan profesional dan Teknologi GIS.
Tingkat Bahaya Erosi
Tingkat bahaya erosi (TBE) diperoleh dengan cara membandingkan tingkat erosi pada
suatu unit lahan dengan kedalaman efektif.
Erosi Yang Diperbolehkan (Edp)
Pada dasarnya erosi merupakan proses perataan kulit bumi, erosi akan tetap terjadi dan tidak mungkin untuk menghentikan erosi. Oleh karena itu usaha konservasi tanah tidak berusaha untuk menghentikan erosi, tetapi hanya mengendalikan laju erosi ke suatu nilai tertentu yang tidak merugikan. Nilai erosi dikenal dengan “Erosi diperbolehkan” (Edp) yang dalam bahasa inggris disebut Permissble Errosion, Acceptable Errosion atau Tolerate Errotion.

II.3.2 GIS (Geographic Information System)
            GIS sangat berguna untuk memasok informasi kepada pegambil keputusan tentang penggunaan lahan, pengelolaan air dan perlindungan lingkungan. GIS sangat membantu dalam percobaan pertanian pada lahan miring (< 1km) dan memprediksi tentang kehilangan tanah dengan model terdistribusi. Model ini juga mampu memprediksi distribusi spasial dan temporal dari tingkat erosi tanah, oleh karena itu dapat digunakan untuk mengidentifikasi titik-titik panas di DAS. Model ini telah diciptakan khusus untuk memperhitungkan kemiringan lereng dan merupakan model konseptual erosi di dasar fisik. Model ini memang meniru erosi tanah sebagai sebuah proses dinamis yang mencakup tiga fase, yaitu :1). Detasemen 2). Transportasi 3). Deposisi (Phal et all.2005 dalam Dwi Desifindiana, Melisa dkk 2013).
            GIS membantu menyimpan, mengelola, menganalisis, memanipulasi dan menampilkan data spasial yang terhubung. Intinya, GIS berkaitan dengan catatan database data yang terkait atribut lokasi nyata koordinat dunia, sehingga menciptakan “peta pintar”. Visualisai dari bagian terpisah dari data tersebut pada peta GIS mungkin dengan melampirkan data theme yang berbeda.


    III.            Hasil Praktikum
Hasil praktikum Terlampir


   IV.            Pembahasan
            Dari paparan data di tabel yang menunjukan pengukuran dari Jumlah hari hujan, curah hujan, dan jumlah hujan maksimal pada tahun 1992-2002 di daerah Sub DAS Sumber Payung Kabupaten Pamekasan. Pada Jumlah hari hujan atau nilai D tertinggi di capai pada bulan januari yaitu 26 hari, menunjukan bahwa pada bulan ini merupakan puncak dari hujan. Dan nilai D terendah yaitu pada bulan 0,6 yang artinya bulan ini barada pada puncak musim kemarau. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa nilai R terbesar terjadi pada bulan Januari yaitu 53.117 cm sedangkan pada bulan Agustus nilai R sama dengan 0,233 cm yang menunjukan jumlah curah hujan terendah. karena pada bulan itu tidak turun hujan atau berada dalam musim kering, nilai R cenderung kecil pada bulan tersebut. Nilai R terbesar terjadi karena curah hujan pada bulan Januari.
            Jumlah hujan maksimal (M) terjadi pada bulan Januari yaitu 10 cm, dan jumlah hujan maksimal terendah pada bulan Agustus yang hanya mencapai 0,1 cm saja. Dari paparan data di atas setelah di hitung menggunakan rumus metode Bols makan dapat di ketahui hasinya sebagai berikut.

Bulan
Erosivitas
Januari
547,7249
Februari
396,3996
Meret
455,9806
April
346,7998
Mei
44,65226
Juni
51,01271
Juli
21,90899
Agustus
0,407546
September
6,376863
Oktober
100,9052
November
226,659
Desember
428,0271

            Pada bulan Januari nilai erosivitas mencapai 547,72 yang merupakan nilai tertinggi, sehingga berarti pada bulan itu merupakan tingkat terjadinya erosi tertinggi di banding pada bulan-bulan lainya. Di perkirakan pada bulan Januari ini merupakan bulan puncak hujan, pada bulan-bulan berikutnya terjadi kenaikan dan penurunan yang fluktuatif, pada bulan Februari nilainya menurun, sedangkan pada bulan Meret nilainya mengalami kenaikan, hal ini kemungkinan terjadi intensitas hujan yang meningkat.
            Terjadi penurunan nulai erosivitas yang signifikan terhitung mulai bulan Mei, yaitu 44,65 hal ini terjadi karen pada bulan Mei suuda masuk pada musim kemarau, yang artinya intensitas hujan sudah sanggat berkurang. Selanjutnya nilai erisivitas mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak begitu fluktuatif.
            Nilai erosivitas mencapai 0 terjadi pada bulan Agustus, hal ini menunjukan tingkat erosi yang terjadi sanggat minim, karena intensitas turunya hujan sanggat jarang terjadi. Pada bulan-bulan berikutnya terjadi kenaikan nilai erosivitas yang artinya tingkat erosi sudah mulai meningkat, hal tersebut seiring dengan meningkatnya intensitas hujan, dan sudah mulai memasuki musim penghujan.







     V.            Kesimpulan
                        Dari hasil praktikum ini dapat di simpulkan bahwa:
1.         Nilai Erosivitas tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu 547,7249, yang       sekaligus merupakan puncak erosi tertinggi dan merupakan puncak bulan hujan.
2.            Nilai Erosivitas terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu 0,407546, yang artinya                pada bulan tingkat erosnya terendah, dan sekaligus penunjuk bahwa bulan ini         merupakan puncak dari musim kemarau.
3.            Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi laju erosi selain intensitas huja                yaitu, Iklim , Tanah, Relief dan Topografi.

































    VI.            Daftar rujukan
Dwi Desifindiana, Melisa, Bambang Suharto dkk, 2013. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem, Analisa Tingkat Bahaya Erosi pada Das Bondoyudo Lumajang dengan Menggunakan Metode Musle, (online), (http://jkptb.ub.ac.id/index.php/jkptb/article/download/108/118), di akses pada 10 September 2013.
Montarcih L, Lily dkk. Studi Optimasi Pengelolaan dan Pengembangan Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Lesti Kabupaten Malang, (Online),  (http://jurnalpengairan.ub.ac.id/index.php/jtp/article/download/103/102), di akses pada 11 September 2013.

Syarifuddin, Magfira. 2011. Penentuan Indeks Erosivitas metode Lenvain dan Bols, (Online), (http://iragomang.blogspot.com/2011/04/penentuan-indeks-erosivitas-metode.html). di akses pada 10 September 2013.

1 komentar: