Laporan Erosivitas
Acara 1
EROSIVITAS
I.
Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan yang inggin di capai adalah:
1. Mahsiswa megetahui tentang erosivitas
2. Mahsiswa megetahui indeks erosivitas
3. Mahsiswa megetahui tentang indeks erosivitas menggunkan
rumus bols
II.
Dasar Teori
Faktor penyebab erosi
dinyatakan dalam erosivitas yang merupakan akibat dari hujan yang dipengaruhi
oleh adanya vegetasi dan kemiringan serta faktor tanah dinyatakan dalam
erodibilitas yang juga dipengaruhi oleh adanya vegetasi. Erosi juga ditentukan
oleh sifat hujan, sifat tanah, derajat dan panjang lereng, adanya penutup tanah
berupa vegetasi dan aktifitas manusia dalam hubungannya dengan pemakaian dan
pengelolaan tanah. Erosivitas merupakan sifat yang menentukan energi (R),
faktor yang mempengaruhi besarnya energi (kemiringan S, panjang lereng L) dan
erodibilitas merupakan sifat tanah K, serta faktor yang memodifikasi yaitu
tanaman (C) dan pengelolaan tanah (P). Topografi atau rupa muka tanah
menentukan kecepatan aliran permukaan yang membawa partikel -partikel tanah.
Peranan vegetasi penutup adalah melindungi tanah dari pukulan langsung air
hujan dan memperbaiki struktur tanah melalui penyebaran akar-akanrnya. Faktor
kegiatan manusia memegang peranan penting terutama dalam usaha pencegahan erosi
karena manusia dapat memperlakukan faktor-faktor penyebab erosi lainnya kecuali
faktor iklim.
Menurut
Sarief (1986, dalam Dwi Desifindiana, Melisa dkk, 2013) macam-macam erosi
adalah sebagai berikut :
1. Erosi percikan (Splash erosion).
2. Puddle erosion.
3. Sheet erosion.
4. Erosi alur (Riil erosion).
5. Erosi parit/selokan (Gully
erosion).
6. Erosi tebing sungai (streambank
erosion).
II.1 Faktor-Faktor Erosivitas
II.1.1 Iklim
Faktor
iklim yang besar pengaruhnya terhadap erosi adalah hujan dan temperatur. Hujan
melalui tenaga kinetiknya dapat melepaskan butiran-butiran partikel tanah dan
sebagian melalui kontribusinya terhadap aliran permukaan. Karakteristik hujan
yang mempengaruhi erosi tanah yaitu jumlah atau kedalaman hujan, intensitas dan
lamanya hujan.
II.1.2 Tanah
Secara
fisik tanah terdiri dari partikel mineral dan organik dengan berbagai ukuran. Partikel-partikel
tanah tersusun dalam bentuk matriks yang pori-porinya kurang lebih 50 %,
sebagian lagi terisi oleh air dan sebagian terisi oleh udara. Sifat fisik tanah
yang berpengaruh meliputi; tekstur tanah, struktur tanah, permeabilitas dan
kandungan bahan organik.
II.1.3 Relief lahan
Derajat
kemiringan dan panjang lereng mempengaruhi besarnya erosi. Makin curam dan
makin panjang lereng, maka semakin besar pula kecepatan aliran air permukaan
dan bahaya erosi. Pada tanah yang datar (landai) kecepatan aliran lebih kecil
dibandingkan dengan tanah yang miring karena; (1) pada topografi miring
memperbesar erosi, (2) pada topografi datar kebanyakan air hujan meresap ke
dalam tanah.
II.1.4 Topografi
Secara
umum erosi akan meningkat dengan meningkatnya kemiringan dan panjang lereng.
Pada lahan datar, percikan butir air hujan melemparkan partikel tanah ke udara
ke segala arah.
II.2 USLE
II.2.1 Erosivitas Hujan (R)
Indeks
erosivitas hujan adalah daya erosi hujan pada s uatu tempat dengan satuan
MJ/Ha/jam/tahun. Data hujan yang dikumpulkan meliputi data banyak hujan, jumlah
hari hujan dan hujan maksimum rata-rata per bulan selama 10 tahun.
II.2.2 Erodibilitas Tanah (K)
Nilai
erodibilitas tanah menggambarkan kepekaan jenis tanah terhadap erosi yang
dipengaruhi oleh tenaga kinettis hujan dan limpasan permukaan tanah.
II.2.3 Panjang Lereng dan Kemiringan Lereng (LS)
Panjang
dan kemiringan lereng merupakan sumber terjadinya kesalahan terbesar dalam
penerapan rumus USLE. Panjang lereng adalah batas atas lapangan ke titik dimana
aliran air terkonsentrasi pada saluran di lapangan, jurang atau sungai atau
titik dimana mulai terjadi disposisi.
II.2.4 Indeks Pengelolaan Tanaman dan Konservasi Tanah (CP)
Indeks
pengelolaan tanaman (C) dapat diartikan sebagai rasio tanah yang tererosi pada
suatu jenis pengolahan tanaman pada
sebidang lahan terhadap tanah yang tererosi pada lahan yang sama tanpa ada
tanaman. Nilai C untuk suatu jenis pengolahan tanaman dengan tergantung dari
jenis, kerapatan, panen dan rotasi tanaman.
Indeks pengolahan lahan (P) adalah
rasio tanah yang tererosi pada suatu jenis pengolahan lahan terhadap tanah yang
tererosi pada lahan yang sama tanpa p engolahan lahan atau konservasi apapun.
Nilai P sangat dipengaruhi oleh campur tangan manusia terhadap lahan yang
bersangkutan seperti misalnya teras, rorak, pengolahan tanah dan sebagainya.
II.2.5 Keterbatasan dan Modifikasi USLE
Persamaan
A = R x K x L x S x C x P, menampilkan lima faktor yang dianggap memainkan
peranan penting untuk terjadinya erosi. Faktor-faktor R dan K umumnya
diasumsikan tidak berubah untuk tempat-tempat dengan intensitas curah hujan
tahunan dan jenis tanah yang kurang lebih sama. Sementara faktor-faktor L, S, C
dan P akan memberikan angka berbeda sesuai kemiringan lereng, tingkat
konservasi, dan tata guna lahan yang diusahakan. Rumus USLE dikembangkan di
daerah pertanian Amerika Utara dan dalam memanfaatkan rumus tersebut ada
beberapa ket erbatasan yang harus diketahui, sehingga dapat diperoleh hasil
prakiraan erosi yang memadai.
II.3 Analisa Tingkat Bahaya Erosi – Desifindiana dkk
II.3.1 Pendugaan Laju Erosi Berdasarkan Metode MUSLE
Model
USLE dan RUSLE perkiraan rata-rata tahunan erosi sebagai fungsi energi curah
hujan. Dalam MUSLE, faktor energi curah hujan diganti dengan limpasan. Hal ini
meningkatkan prediksi hasil sedimen, menghilangkan kebutuhan untuk rasio
pengiriman, dan memungkinkan persamaan untuk diterapkan pada peristiwa badai
individu. Sedimen hasil prediksi ditingkatkan karena limpasan merupakan fungsi
dari yang kondisi kelembaban serta energi curah hujan (Williams dan Berndt,
1977; Kinnell, 2005 dalam Dwi Desifindiana, Melisa dkk 2013), namun penerapan
MUSLE pada skala DAS adalah data yang canggih yang pengolahannya sesuai
prosedur dan membutuhkan pengetahuan profesional dan Teknologi GIS.
Tingkat Bahaya Erosi
Tingkat bahaya erosi (TBE) diperoleh
dengan cara membandingkan tingkat erosi pada
suatu unit lahan dengan kedalaman
efektif.
Erosi Yang Diperbolehkan (Edp)
Pada dasarnya erosi merupakan proses
perataan kulit bumi, erosi akan tetap terjadi dan tidak mungkin untuk
menghentikan erosi. Oleh karena itu usaha konservasi tanah tidak berusaha untuk
menghentikan erosi, tetapi hanya mengendalikan laju erosi ke suatu nilai
tertentu yang tidak merugikan. Nilai erosi dikenal dengan “Erosi diperbolehkan”
(Edp) yang dalam bahasa inggris disebut Permissble Errosion, Acceptable
Errosion atau Tolerate Errotion.
II.3.2 GIS (Geographic Information System)
GIS
sangat berguna untuk memasok informasi kepada pegambil keputusan tentang
penggunaan lahan, pengelolaan air dan perlindungan lingkungan. GIS sangat
membantu dalam percobaan pertanian pada lahan miring (< 1km) dan memprediksi
tentang kehilangan tanah dengan model terdistribusi. Model ini juga mampu
memprediksi distribusi spasial dan temporal dari tingkat erosi tanah, oleh
karena itu dapat digunakan untuk mengidentifikasi titik-titik panas di DAS.
Model ini telah diciptakan khusus untuk memperhitungkan kemiringan lereng dan
merupakan model konseptual erosi di dasar fisik. Model ini memang meniru erosi
tanah sebagai sebuah proses dinamis yang mencakup tiga fase, yaitu :1).
Detasemen 2). Transportasi 3). Deposisi (Phal et all.2005 dalam Dwi
Desifindiana, Melisa dkk 2013).
GIS
membantu menyimpan, mengelola, menganalisis, memanipulasi dan menampilkan data
spasial yang terhubung. Intinya, GIS berkaitan dengan catatan database data
yang terkait atribut lokasi nyata koordinat dunia, sehingga menciptakan “peta
pintar”. Visualisai dari bagian terpisah dari data tersebut pada peta GIS
mungkin dengan melampirkan data theme yang berbeda.
III.
Hasil Praktikum
Hasil praktikum Terlampir
IV.
Pembahasan
Dari paparan data di tabel yang
menunjukan pengukuran dari Jumlah hari hujan, curah hujan, dan jumlah hujan
maksimal pada tahun 1992-2002 di daerah Sub DAS Sumber Payung Kabupaten
Pamekasan. Pada Jumlah hari hujan atau nilai D tertinggi di capai pada bulan
januari yaitu 26 hari, menunjukan bahwa pada bulan ini merupakan puncak dari
hujan. Dan nilai D terendah yaitu pada bulan 0,6 yang artinya bulan ini barada
pada puncak musim kemarau. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa nilai R terbesar
terjadi pada bulan Januari yaitu 53.117 cm sedangkan pada bulan Agustus nilai R
sama dengan 0,233 cm yang menunjukan jumlah curah hujan terendah. karena pada bulan
itu tidak turun hujan atau berada dalam musim kering, nilai R cenderung kecil
pada bulan tersebut. Nilai R terbesar terjadi karena curah hujan pada bulan
Januari.
Jumlah
hujan maksimal (M) terjadi pada bulan Januari yaitu 10 cm, dan jumlah hujan
maksimal terendah pada bulan Agustus yang hanya mencapai 0,1 cm saja. Dari
paparan data di atas setelah di hitung menggunakan rumus metode Bols makan dapat
di ketahui hasinya sebagai berikut.
Bulan
|
Erosivitas
|
Januari
|
547,7249
|
Februari
|
396,3996
|
Meret
|
455,9806
|
April
|
346,7998
|
Mei
|
44,65226
|
Juni
|
51,01271
|
Juli
|
21,90899
|
Agustus
|
0,407546
|
September
|
6,376863
|
Oktober
|
100,9052
|
November
|
226,659
|
Desember
|
428,0271
|
Pada
bulan Januari nilai erosivitas mencapai 547,72 yang merupakan nilai tertinggi,
sehingga berarti pada bulan itu merupakan tingkat terjadinya erosi tertinggi di
banding pada bulan-bulan lainya. Di perkirakan pada bulan Januari ini merupakan
bulan puncak hujan, pada bulan-bulan berikutnya terjadi kenaikan dan penurunan
yang fluktuatif, pada bulan Februari nilainya menurun, sedangkan pada bulan
Meret nilainya mengalami kenaikan, hal ini kemungkinan terjadi intensitas hujan
yang meningkat.
Terjadi
penurunan nulai erosivitas yang signifikan terhitung mulai bulan Mei, yaitu
44,65 hal ini terjadi karen pada bulan Mei suuda masuk pada musim kemarau, yang
artinya intensitas hujan sudah sanggat berkurang. Selanjutnya nilai erisivitas
mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak begitu fluktuatif.
Nilai
erosivitas mencapai 0 terjadi pada bulan Agustus, hal ini menunjukan tingkat
erosi yang terjadi sanggat minim, karena intensitas turunya hujan sanggat
jarang terjadi. Pada bulan-bulan berikutnya terjadi kenaikan nilai erosivitas
yang artinya tingkat erosi sudah mulai meningkat, hal tersebut seiring dengan
meningkatnya intensitas hujan, dan sudah mulai memasuki musim penghujan.
V.
Kesimpulan
Dari hasil praktikum ini dapat di simpulkan bahwa:
1. Nilai
Erosivitas tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu 547,7249, yang sekaligus
merupakan puncak erosi tertinggi dan merupakan puncak bulan hujan.
2. Nilai
Erosivitas terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu 0,407546, yang artinya pada bulan tingkat erosnya
terendah, dan sekaligus penunjuk bahwa bulan ini merupakan puncak dari musim kemarau.
3. Ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi laju erosi selain intensitas huja yaitu, Iklim , Tanah, Relief dan
Topografi.
VI.
Daftar rujukan
Dwi Desifindiana, Melisa, Bambang Suharto dkk, 2013.
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem, Analisa Tingkat Bahaya Erosi pada Das Bondoyudo Lumajang dengan
Menggunakan Metode Musle, (online), (http://jkptb.ub.ac.id/index.php/jkptb/article/download/108/118),
di akses pada 10 September 2013.
Montarcih L, Lily dkk. Studi Optimasi Pengelolaan dan Pengembangan Sub Daerah Aliran Sungai
(DAS) Lesti Kabupaten Malang, (Online),
(http://jurnalpengairan.ub.ac.id/index.php/jtp/article/download/103/102),
di akses pada 11 September 2013.
Syarifuddin, Magfira. 2011. Penentuan Indeks Erosivitas metode Lenvain dan Bols, (Online), (http://iragomang.blogspot.com/2011/04/penentuan-indeks-erosivitas-metode.html).
di akses pada 10 September 2013.
terimakasih dan mohon ijin info try out gratis,
BalasHapushttps://marketing.ruangguru.com/uji