Laporan Praktikum - Sistem Kristal
SISTIM KRISTAL HEXAGONAL, TRIGONAL DAN ORTHOROMBIK
LAPORAN PRAKTIKUM
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Mineralogi
Yang dibina oleh Dosen Bagus S.W dan Dosen PPL Pend. Geografi UM
Oleh
Ali Atul Rodiansyah
120722420605
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI S1 GEOGRAFI
September 2014
A. TUJUAN
1.
Mahasiswa
mampu memahami mengenai sistim kristal
2.
Mahasiswa
mampu memahami sistem kristal Hexagonal
3.
Mahasiswa
mampu memahami sistem kristal Trigonal
4.
Mahasiswa
mampu memahami sistem kristal Orthorombik
B. DASAR TEORI
1.
Kristalografi
Sistem Kristal
Penentuan klasikasi kristal tergantung
dari banyaknya unsur-unsur simetri yang terkandung di dalamnya. Unsur-unsur
simetri tersebut meliputi:
1. bidang simetri
2. sumbu simetri
3. pusat simetri
2.
Kristal
dapat diklasifikasikan menjadi tujuh kelompok besar, yang disebut system
kristal. Ke-7 kelompok sistem kristal itu yaitu :
·
sistem
kubik
·
sistem
hexagonal
·
sistem
trigonal
·
sistem
tetragonal
·
sistem
orthorombik
·
sistem
monoklin
·
sistem
triklin
3. Sistem Hexagonal
Gambar Sistem Hexagonal
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal,
sistem Hexagonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Dan sudut
antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚.
Sistem ini dibagi
menjadi 7:
·
Hexagonal
Piramid
·
Hexagonal
Bipramid
·
Dihexagonal
Piramid
·
Dihexagonal
Bipiramid
·
Trigonal
Bipiramid
·
Ditrigonal
Bipiramid
·
Hexagonal
Trapezohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal
ini adalah quartz, corundum, hematite, calcite, dolomite, apatite.
4.
Sistem
Trigonal
Sistem ini mempunyai nama lain yaitu Rhombohedral, selain
itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam sistem kristal Hexagonal.
Perbedaannya, bila pada sistem Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang
terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik
sudut yang melewati satu titik sudutnya. Pada kondisi sebenarnya, Trigonal
memiliki perbandingan sumbu a = b = d ≠ c. Dan juga memiliki sudut
kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚.
Gambar 4 Sistem Trigonal
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal,
sistem kristal Trigonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6.. Dan
sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚.
Sistem ini dibagi menjadi 5 kelas:
·
Trigonal
piramid
·
Trigonal
Trapezohedral
·
Ditrigonal
Piramid
·
Ditrigonal
Skalenohedral
·
Rombohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini
adalah tourmaline dan cinabar
(Mondadori, Arlondo. 1977)
5.
Sistem Orthorombik
Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3
sumbu simetri kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga
sumbu tersebut mempunyai panjang yang berbeda. Pada kondisi sebenarnya, sistem
kristal Orthorhombik memiliki perbandingan sumbu a ≠ b ≠ c . Dan juga memiliki
sudut kristalografi α = β = γ = 90˚.
Gambar 5 Sistem Orthorhombik
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal,
sistem Orthorhombik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Dan
sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚.
Sistem ini dibagi menjadi 3 kelas:
·
Bisfenoid
·
Piramid
·
Bipiramid
Beberapa contoh mineral denga sistem kristal Orthorhombik
ini adalah stibnite, chrysoberyl, aragonite dan witherite
5. ALAT dan BAHAN
1.
Alat
tulis
2.
Meja
dada
3.
Pengaris
Bujur dan Pengaris Panjang
4.
Kertas
Milimeter blok
6. LANGKAH KERJA
A.
Hexagonal
1.
Buatlah
garis sumbu C dengan panjang 12 cm (pada praktikum ini Hexagonal dengan
perbandingan 4 : 12 : 24 atau di skalakan 1:4)
2.
Buatlah
garis sumbu B dengan panjang 6 cm, dengan lintasan garis yang memotong sama
sisi secara siku-siku terhadap sumbu C. Kemudian buat garis persegi yang
mengelilingi sumbu tersebut
3.
Buatlah
garis sumbu A dengan cara memotong sumbu C dan B, dengan besaran 40˚ dari sumbu
C dengan panjang 4 cm.
4.
Kemudian
buat juga sumbu yang memotong miring sebesar 40˚ di kedua ujung sumbu B.
Panjang 2 cm di sisi atas untuk di sebelah kanan sumbu B, dan 2 cm di sisi
bawah untuk di sebelah kiri sumbu B.
5.
Tarik
sambungkan unjung-ujung semua sumbu yang telah di buat tersebut, maka akan
terbentuklah sebuah bentuk Hexagonal.
6.
Ulangi
langkah 4, 5 dan 6 untuk masing-masing di ujung sumbu C.
7.
Tarik
garis dari semua sumbu terluar dan hubungkan masing-masing sumbu, maka akan
terbentuklah sistem kristal hexagonal.
B.
Trigonal
1.
Buatlah
garis sumbu c dengan panjang 24 cm, disini saya mengunakan perbandingan panjang
sumbu yaitu 4:12:24
2.
buat
sumbu b dengan panjang 12 cm, kemudian buat sumbu garis a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+=
40˚.
3.
sambungkan
garis terluar dari sumbu a, b da d.
4.
lakukanlah
langkah yang sama dengan no 2 dan 3.
5.
sambungkah
semua sumbu terluar maka akan terbentuklah gambar sistem kristal trigonal.
C.
Orthorombik
1.
Buatlah
garis sumbu c dengan panjang 24 cm, disini saya mengunakan perbandigan 1:4 atau
yang sebenarnya a:b:c = 4:12:24.
2.
Buatlah
garis sumbu b dengan panjang 12 cm memotong sumbu c secara lurus.
3.
kemudian
buatlah garis sumbu a dengan panjang 4 cm memotong diantara sumbu b dan c
dengan besaran sudut 30 drajat dari sumbu b.
4.
ulangi
langkah no 4 untuk di setiap ujung gasri sumbu c dan b.
5.
tarik
garis terluar dari semuanya, maka terbentuklah gambar sistem kristal
Orthorombik
7. HASIL PRAKTIKUM
Hasil praktikum terlampir.
8. PEMBAHASAN
A.
Hexagonal.
Pada praktikum ini yaitu mengembar
bentuk sistem kristal Hexagonal dengan ketentuan axial ratio a = b = d ≠ c yang artinya panjang sumbu a sama dengan
sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga
memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada
sumbu ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap
sumbu γ.
Dengan perbandingan sumbu Hexagonal a :
b : c = 1 : 3 : 6, dan di perbesar perbandinganya 4 kali, sehingga menjadi 4 :
12 : 24. hal ini agar dapat mempermudah pengambarannya, Dan sudut antar
sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+
memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ membentuk sudut 40˚ terhadap
sumbu b+.
Ada beberapa bentuk sudut gambar kristal
Hexagonal yang di bagi menjadi 4 ordo, yaitu ordo 1, 2, 3 dan 4, hal inilah
yang menyebabkan beberapa gambar kristal hexagonal terlihat berbeda satu sama
lain, tetapi pada dasarnya sama saja berbentuk hexagonal. pada sistem ini,
bidang belah kristal ada 4 bidang belah, yang membelah bentuk 6 sisi atau
hexagonal kristal menjadi 3 bagian sama, potongan tersebut berada di
tengah-tengah sisi. dan yang lainya memotong pada sumbu B menjadi 2 potongan
yang sama. Beberapa contoh mineral dengan sumbu kristal Hexagonal ini adalah
calcite, alunite, dolomite, siderite, smithsonite, Quarst (SiO2) dan Apatite
[Ca5((F,Cl,OH)PO4)3]
B.
Trigonal
Beberapa ahli memasukkan ancer ini
kedalam system Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama.
Perbedaannya, bila pada ancer Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang
terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik
sudut yang melewati satu titik sudutnya.
Pada kondisi sebenarnya, ancer Trigonal
memiliki axial ratio a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan
sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga
memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada
ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap
sumbu γ.
Pada penggambaran dengan menggunakan
proyeksi orthogonal, ancer Trigonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 :
3 : 6. dan pada praktimum ini, di buat dengan perbandingan 1:4 atau 4:12:24, Artinya,
pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 4, pada sumbu b ditarik garis dengan
nilai 12, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 24. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ
= 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai
20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+. Beberapa
contoh mineral dengan ancer kristal Trigonal ini adalah quartz, brulite,
bentonite, gratonite, dan tourmaline.
C.
Orthorombik
Sistem ini disebut juga ancer Rhombis
dan mempunyai 3 sumbu simetri kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang
lainnya. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang berbeda. Pada kondisi
sebenarnya, ancer Orthorhombik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b
≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau
berbeda satu sama lain.. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚.
Hal ini berarti, pada ancer ini, ketiga sudutnya saling tegak lurus (90˚).
Pada penggambaran dengan menggunakan
proyeksi orthogonal, ancer Orthorhombik memiliki perbandingan sumbu a : b : c =
sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada
sumbu-sumbunya pada ancer ini. dan pada praktkum ini saya buat ukuran c 24 cm,
b 12 cm dan a 6 cm. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan
bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ. Beberapa contoh
mineral dengan ancer kristal Orthorhombik ini adalah brite, celestite,
aragonite, cerussite, dan witherite.
9.
SIMPULAN
Sistem
Hexagonal mempunyai 4 sumbu kristal, dimana a = b = d ≠ c, dan juga memiliki
sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚,
Memiliki axial ratio a : b : c = 1 : 3 : 6. Dan
sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Sistem hexagonal mempunyai 4
ordo, ordo 1, 2, 3, dan 4. sehingga pada tahap pengambaran dan bentuk akan
menempunyai beberapa perbedaan letak sudutnya, tetapi pada dasarnya bentuknya
adalah sama yaitu Hexagonal.
Ancer Trigonal memiliki axial ratioa = b = d ≠ c, memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ =
120˚. ancer Trigonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Dan
sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚.
Sistem Ortohombik ini disebut juga ancer Rhombis dan
mempunyai 3 sumbu simetri kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang
lainnya. Orthorhombik memiliki axial ratio a ≠ b ≠ c, memiliki sudut
kristalografi α = β = γ = 90˚. ancer Orthorhombik memiliki perbandingan sumbu a
: b : c = sembarang. sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚.
10.
DAFTAR RUJUKAN
Jamil, 2012, Kristalografi
sistem kristal, (online), http://kehidupangeologi.blogspot.com/2012/09/kristalografi-sistem-kristal.html, di akses pada 10 September 2014.
Tris, 2011, Kristal
dan Sistemnya, (online), http://myblog-tryz.blogspot.com/, di akses pada 10 September 2014.
Jamil. 2010, Kristalografi
Sistem Kristal , (online) http://medlinkup.files.wordpress.com/2010/11/Kristalografi-Sistem-Kristal.html,
di akses pada 10 September 2014.
0 komentar: