TERPOPULER

Selamat Datang di Blog Ilmu Geografi ini, dalam blog ini saya menyediakan berbagai macam informasi seputar Ilmu Geografi fisik, dengan Blog saya berharap agar pengunjung dapat memperoleh informasi yang di cari, demikian semoga bermanfaat.

Jumat, 05 Desember 2014

Laporan Praktikum - Sistem Kristal

SISTIM KRISTAL HEXAGONAL, TRIGONAL DAN ORTHOROMBIK



LAPORAN PRAKTIKUM
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Mineralogi
Yang dibina oleh Dosen Bagus S.W dan Dosen PPL Pend. Geografi UM






Oleh
Ali Atul Rodiansyah
120722420605








 





















UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI S1 GEOGRAFI
September 2014
A.    TUJUAN
1.      Mahasiswa mampu memahami mengenai sistim kristal
2.      Mahasiswa mampu memahami sistem kristal Hexagonal
3.      Mahasiswa mampu memahami sistem kristal Trigonal
4.      Mahasiswa mampu memahami sistem kristal Orthorombik


B.     DASAR TEORI
1.      Kristalografi Sistem Kristal
Penentuan klasikasi kristal tergantung dari banyaknya unsur-unsur simetri yang terkandung di dalamnya. Unsur-unsur simetri tersebut meliputi:
1. bidang simetri
2. sumbu simetri
3. pusat simetri

2.      Kristal dapat diklasifikasikan menjadi tujuh kelompok besar, yang disebut system kristal. Ke-7 kelompok sistem kristal itu yaitu :
·         sistem kubik
·         sistem hexagonal
·         sistem trigonal
·         sistem tetragonal
·         sistem orthorombik
·         sistem monoklin
·         sistem triklin

3. Sistem Hexagonal
Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120˚ terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang). Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki perbandingan sumbu a = b = d ≠ c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚.





Gambar Sistem Hexagonal
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem Hexagonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚.
Sistem  ini dibagi menjadi 7:
·         Hexagonal Piramid
·         Hexagonal Bipramid
·         Dihexagonal Piramid
·         Dihexagonal Bipiramid
·         Trigonal Bipiramid
·         Ditrigonal Bipiramid
·         Hexagonal Trapezohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah quartz, corundum, hematite, calcite, dolomite, apatite.

4.      Sistem Trigonal
Sistem ini mempunyai nama lain yaitu Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam sistem kristal Hexagonal. Perbedaannya, bila pada sistem Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya. Pada kondisi sebenarnya, Trigonal memiliki perbandingan sumbu a = b = d ≠ c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚.






Gambar 4 Sistem Trigonal
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal Trigonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6.. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚.
Sistem ini dibagi menjadi 5 kelas:
·         Trigonal piramid
·         Trigonal Trapezohedral
·         Ditrigonal Piramid
·         Ditrigonal Skalenohedral
·         Rombohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini adalah  tourmaline dan cinabar (Mondadori, Arlondo. 1977)

5. Sistem Orthorombik
Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang berbeda. Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Orthorhombik memiliki perbandingan sumbu a ≠ b ≠ c . Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚.




Gambar 5 Sistem Orthorhombik
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem Orthorhombik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚.
Sistem ini dibagi menjadi 3 kelas:
·         Bisfenoid
·         Piramid
·         Bipiramid
Beberapa contoh mineral denga sistem kristal Orthorhombik ini adalah stibnite, chrysoberyl, aragonite dan witherite

5.      ALAT dan BAHAN
1.      Alat tulis
2.      Meja dada
3.      Pengaris Bujur dan Pengaris Panjang
4.      Kertas Milimeter blok

6.      LANGKAH KERJA
A.    Hexagonal
1.      Buatlah garis sumbu C dengan panjang 12 cm (pada praktikum ini Hexagonal dengan perbandingan 4 : 12 : 24 atau di skalakan 1:4)
2.      Buatlah garis sumbu B dengan panjang 6 cm, dengan lintasan garis yang memotong sama sisi secara siku-siku terhadap sumbu C. Kemudian buat garis persegi yang mengelilingi sumbu tersebut
3.      Buatlah garis sumbu A dengan cara memotong sumbu C dan B, dengan besaran 40˚ dari sumbu C dengan panjang 4 cm.
4.      Kemudian buat juga sumbu yang memotong miring sebesar 40˚ di kedua ujung sumbu B. Panjang 2 cm di sisi atas untuk di sebelah kanan sumbu B, dan 2 cm di sisi bawah untuk di sebelah kiri sumbu B.
5.      Tarik sambungkan unjung-ujung semua sumbu yang telah di buat tersebut, maka akan terbentuklah sebuah bentuk Hexagonal.
6.      Ulangi langkah 4, 5 dan 6 untuk masing-masing di ujung sumbu C.
7.      Tarik garis dari semua sumbu terluar dan hubungkan masing-masing sumbu, maka akan terbentuklah sistem kristal hexagonal.
B.     Trigonal
1.      Buatlah garis sumbu c dengan panjang 24 cm, disini saya mengunakan perbandingan panjang sumbu yaitu 4:12:24
2.      buat sumbu b dengan panjang 12 cm, kemudian buat sumbu garis a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚.
3.      sambungkan garis terluar dari sumbu a, b da d.
4.      lakukanlah langkah yang sama dengan no 2 dan 3.
5.      sambungkah semua sumbu terluar maka akan terbentuklah gambar sistem kristal trigonal.


C.    Orthorombik
1.      Buatlah garis sumbu c dengan panjang 24 cm, disini saya mengunakan perbandigan 1:4 atau yang sebenarnya a:b:c = 4:12:24.
2.      Buatlah garis sumbu b dengan panjang 12 cm memotong sumbu c secara lurus.
3.      kemudian buatlah garis sumbu a dengan panjang 4 cm memotong diantara sumbu b dan c dengan besaran sudut 30 drajat dari sumbu b.
4.      ulangi langkah no 4 untuk di setiap ujung gasri sumbu c dan b.
5.      tarik garis terluar dari semuanya, maka terbentuklah gambar sistem kristal Orthorombik

7.      HASIL PRAKTIKUM
Hasil praktikum terlampir.

8.      PEMBAHASAN
A.    Hexagonal.
Pada praktikum ini yaitu mengembar bentuk sistem kristal Hexagonal dengan ketentuan axial ratio a = b = d ≠ c  yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sumbu ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.
Dengan perbandingan sumbu Hexagonal a : b : c = 1 : 3 : 6, dan di perbesar perbandinganya 4 kali, sehingga menjadi 4 : 12 : 24. hal ini agar dapat mempermudah pengambarannya, Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+.
Ada beberapa bentuk sudut gambar kristal Hexagonal yang di bagi menjadi 4 ordo, yaitu ordo 1, 2, 3 dan 4, hal inilah yang menyebabkan beberapa gambar kristal hexagonal terlihat berbeda satu sama lain, tetapi pada dasarnya sama saja berbentuk hexagonal. pada sistem ini, bidang belah kristal ada 4 bidang belah, yang membelah bentuk 6 sisi atau hexagonal kristal menjadi 3 bagian sama, potongan tersebut berada di tengah-tengah sisi. dan yang lainya memotong pada sumbu B menjadi 2 potongan yang sama. Beberapa contoh mineral dengan sumbu kristal Hexagonal ini adalah calcite, alunite, dolomite, siderite, smithsonite, Quarst (SiO2) dan Apatite [Ca5((F,Cl,OH)PO4)3]

B.     Trigonal
Beberapa ahli memasukkan ancer ini kedalam system Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila pada ancer Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya.
Pada kondisi sebenarnya, ancer Trigonal memiliki axial ratio a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, ancer Trigonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. dan pada praktimum ini, di buat dengan perbandingan 1:4 atau 4:12:24, Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 4, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 12, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 24. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+. Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Trigonal ini adalah quartz, brulite, bentonite, gratonite, dan tourmaline.
C.     Orthorombik
Sistem ini disebut juga ancer Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang berbeda. Pada kondisi sebenarnya, ancer Orthorhombik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain.. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada ancer ini, ketiga sudutnya saling tegak lurus (90˚).
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, ancer Orthorhombik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada ancer ini. dan pada praktkum ini saya buat ukuran c 24 cm, b 12 cm dan a 6 cm. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ. Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Orthorhombik ini adalah brite, celestite, aragonite, cerussite, dan witherite.

9.      SIMPULAN
Sistem Hexagonal mempunyai 4 sumbu kristal, dimana a = b = d ≠ c, dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚, Memiliki axial ratio a : b : c = 1 : 3 : 6. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Sistem hexagonal mempunyai 4 ordo, ordo 1, 2, 3, dan 4. sehingga pada tahap pengambaran dan bentuk akan menempunyai beberapa perbedaan letak sudutnya, tetapi pada dasarnya bentuknya adalah sama yaitu Hexagonal.
Ancer Trigonal memiliki axial ratioa = b = d ≠ c,  memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. ancer Trigonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚.
Sistem Ortohombik ini disebut juga ancer Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Orthorhombik memiliki axial ratio a ≠ b ≠ c, memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. ancer Orthorhombik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚.

10.  DAFTAR RUJUKAN
Jamil, 2012, Kristalografi sistem kristal, (online), http://kehidupangeologi.blogspot.com/2012/09/kristalografi-sistem-kristal.html, di akses pada 10 September 2014.
Tris, 2011, Kristal dan Sistemnya, (online), http://myblog-tryz.blogspot.com/, di akses pada 10 September 2014.
Jamil. 2010, Kristalografi Sistem Kristal , (online) http://medlinkup.files.wordpress.com/2010/11/Kristalografi-Sistem-Kristal.html, di akses pada 10 September 2014.


0 komentar: